Laporan Penelitian
Faktor Resiko yang Mempengaruhi kejadian Atrial Fibrilasi Pasca Operasi Bedah Katup Jantung Elektif Dewasa di RSUP dr. Kariadi Semarang
Ilmu bedah semakin hari semakin canggih dengan dilengkapi oleh teknik
bedah canggih, prosedur anestesiologis yang aman, dan perawatan intensif yang
inovatif. Oleh karena itu, pengobatan modern memungkinkan perawatan bedah
untuk pasien meningkat termasuk mereka yang lebih tua, memiliki
multimorbiditas, atau memiliki penyakit onkologis lanjut. Akan tetapi, proses
progresif ini perlu disertai dengan perawatan perioperatif yang hati-hati pada
pasien dengan berbagai defisiensi organ dan faktor risiko yang sudah ada
sebelumnya. Aritmia pasca operasi onset baru, terutama fibrilasi atrium pasca
operasi (FAPO), merupakan komplikasi yang sering terjadi segera pada periode
pasca operasi dan merupakan masalah klinis yang relevan.(1)
FAPO dapat diklasifikasikan menjadi FAPO setelah operasi jantung dan
FAPO non jantung. FAPO setelah operasi jantung memiliki prevalensi lebih
tinggi dibandingkan non jantung (30-50% pada operasi jantung, 10-20% pada
operasi toraks non-jantung dan 0,5-15% pada operasi ekstra-toraks).(2) Insiden
FAPO setelah operasi jantung bervariasi dari 15% sampai 60%, dengan tingkat
tertinggi diamati pada pasien yang menjalani operasi katup (37%-60%).(3)
Jumlah operasi bedah jantung pada RSUP Dr. Kariadi tahun 2013 yaitu 95
kasus.(4)
Patogenesis FAPO masih belum diketahui dengan pasti, akan tetapi terdapat
beberapa teori yang telah diajukan sebagai mekanisme terjadinya FAPO. Teori
patogenesis yang ada yaitu peran jalur inflamasi, stres oksidatif dan stimulasi
saraf otonom. Jalur inflamasi merupakan patogenesis utama yang diperkirakan
berkaitan dengan fibrilasi atrium (FA).(5) Kejadian FAPO diperkirakan
berhubungan dengan sitokin pro-inflamasi seperti protein C-reaktif (CRP),
interleukin-2 (IL-2), interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-α (TNF-α).
Mediator inflamasi ini akan mengaktivasi leukosit dan melepaskan oksidase
serta oksida nitrat.(6) IL-6 dapat secara independen memodulasi fungsi
kardiovaskular melalui beberapa mekanisme seperti mengubah respons reseptor
β-adrenergik, menginduksi disfungsi kontraktil, dan mendorong remodeling
ventrikel kiri. Sedangkan interleukin-8 (IL-8) dapat menginduksi cedera
jantung dengan aktivasi leukosit dan akumulasi neutrofil, yang mengaktifkan
jalur pro apoptosis yang menyebabkan kematian sel endotel. Oleh karena itu,
dicurigai biomarker inflamasi ini dapat meningkatkan aktivitas listrik jantung
dan selanjutnya menyebabkan terjadinya aritmia jantung.(5–7)
Faktor risiko terjadinya FAPO dibagi menjadi 3 yaitu preoperatif,
intraoperatif dan pascaoperatif. Faktor risiko preoperatif terdiri dari usia, jenis
kelamin, etnis, penyakit komorbid yang dimiliki serta riwayat konsumsi obat
sebelum operasi. Faktor risiko intraoperatif yaitu jenis operasi, aortic fat pad
dan cardiopulmonary bypass. Selanjutnya, faktor risiko pascaoperatif antara
lain, infeksi/sepsis, retensi cairan, perdarahan, penggunaan obat inotropik,
gangguan keseimbangan elektrolit, dan iskemi miokardial.(5,8) Faktor-faktor
diatas ini akan menyebabkan remodeling pada struktur, arus elektrik, dan kanal
ion sehingga mengakibatkan FAPO.(7)
Manajemen penanganan FAPO memiliki tujuan untuk menghilangkan
gejala, menjaga stabilitas hemodinamik, mencegah kejadian tromboemboli, dan
mengurangi kasus berulang.(5) Terapi yang dapat diberikan terbagi atas
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi antara lain pemberian
obat yang dapat mengembalikan irama sinus seperti beta blocker, amiodaron
dan calcium channel blocker. Sedangkan terapi non farmakologi yaitu atrial
pacing, perikardiotomi posterior dan off-pump coronary artery bypass grafting
(CABG off-pump).(9) Akan tetapi, intervensi ini menunjukkan kemungkinan
efek samping yang merugikan terkait dengan intervensi melebihi manfaat dari
penekanan AF pada hasil pasca operasi. Mengidentifikasi pasien tertentu yang
berisiko tinggi untuk mengembangkan FAPO dapat membantu menentukan
populasi yang lebih mungkin mendapat manfaat dari obat antiaritmia atau
strategi pencegahan lainnya. Meskipun ada banyak penelitian yang secara
individual mengevaluasi faktor risiko klinis FAPO, namun masih terdapat
banyak ketidaksepakatan mengenai faktor klinis mana yang terkait dengan
risiko FAPO terbesar.(10) Oleh karena itu, kami melakukan penelitian untuk
mengidentifikasi faktor risiko preoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif yang
terkait dengan kejadian FAPO setelah operasi katup jantung
No other version available