Artikel Jurnal
Lesionektomi dengan Elektrokortikografi pada Epilepsi Refrakter: Manajemen Perioperatif
Latar belakang:Epilepsi refrakter merupakan epilepsi yang tidak membaik dengan pemberian obat anti epilepsi yang adekuat. Epilepsi refrakter terjadi pada 30-40% pasien dengan epilepsi. Bedah epilepsi merupakan salah satu tatalaksana dalam epilepsi refrakter, dan penggunaan elektrokortikografi dapat membantu menentukan daerah yang dioperasi. Penggunaan obat-obatan anestesi memiliki pengaruh terhadap gelombang electrocorticography(ECoG), sehingga diperlukan pendekatan anestesi khusus. Pada laporan kasus ini akan dibahas manajemen perioperatif anestesiuntuk operasi lesionektomidengan bantuan ECoG pada pasien epilepsi refrakter.Kasus:Seorang laki-laki 24 tahun dengan epilepsi refrakter, postkraniotomi pemasangan EEG intrakranial, postkraniotomi evakuasi extra dural haemorraghe (EDH), bronchitis dalam pengobatan direncanakan untuk dilakukan tindakan lesionektomi dengan elektrokortikografi.Pasien memiliki riwayat epilepsi dengan pengobatanrutin berupa asam valproat, namun kejang masih terus terjadi. Kejang berupa kelojotan pada kedua lengan terutama sisi kiri. Kejang berdurasi 10 menit dengan frekuensi kejang 2-10 kali per hari. Sebelum kejang pasien seringkali merasakan adanya kesemutan pada kedua lengan, dan setelah kejang pasien merasa mengantuk.Durante operasipasien diberikan dosis maintainacedari propofol dan rocuronium.Saat perekaman ECoG, infus propofol dihentikan, sementara rocuronium tetap diberikan. Setelah perekaman ECoG, dilakukan reseksi dan dosis maintainance propofol kembali diberikan sampai operasi selesai.Pembahasan:Bedah reseksi atau lesionektomi merupakan bedah pengangkatan daerah epileptogenik tanpa menyebabkan defisit neurologi permanen. Penggunaan subdural ECoGintraoperatif atau ekstraoperatif dapat membantu untuk menentukan zona epileptogenikakurat.Apabila ECoG dilakukan,anestesi umum perlu disesuaikan agar gelombang ECoG dapat dipertahankan.Kesimpulan:Agen anestesi dosis rendah seperti fentanil, alfentanil, remifentanil, sufentanil dan propofol dapat digunakan untuk operasi epilepsi tanpa mempengaruhiECoG.Kata Kunci: anestesi;bedah epilepsi;elektrokortikografi; epilepsi refrakter;lesionektomiPENDAHULUANEpilepsi merupakan gangguan kronis pada otak yang ditandai dengan adanya 2 bangkitan tanpa provokasi dengan interval antar bangkitan lebih dari 24 jam.1Epilepsi memiliki angka kejadian yang tinggi, khususnya di negara berkembang dengan insidensi 61-124/100.000 anak per tahun. Insidensi epilepsi di Indonesia sendiri belum diketahui secara pasti karena tidak semua pasien dengan epilepsi terjangkau oleh fasilitas kesehatan.2Berdasarkan penelitian Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (POKDI PERDOSSI) selama 6 bulan tahun 2013, didapatkan 2.288 pasien dari 18 rumah sakit, dimana rerata usia kasus baru adalah 25,06 ± 16,9 tahun dan kasus lama 29,2 ± 16,5 tahun. Sebanyak 77,9% berobat pertama kali ke dokter spesialis saraf dan 6,8% berobat ke dokter umum, sedangkan sisanya berobat ke dukun dan tidak berobat.3Penyakitepilepsidapat mengganggu kualitas hidup baik karena komorbiditas,
No other version available