Konten Lokal Lainnya
Gambaran Histopatologi dan Tatalaksana Hipermelanosis
Warna kulit normal manusia ditentukan oleh jumlah
melanin. Perbedaan ras dan etnis dalam warna kulit dikaitkan
dengan jumlah, ukuran, bentuk, distribusi dan degradasi dari
organel yang mengandung melanin yang disebut melanosom.1
Terdapat dua jenis pigmentasi melanin pada manusia. Pertama
adalah warna kulit konstitutif, yaitu jumlah pigmen melanin
yang ditentukan secara genetik tanpa adanya paparan sinar
matahari dan pengaruh lainnya, sedangkan yang kedua adalah
warna kulit fakultatif (diinduksi) yang dihasilkan dari paparan
sinar matahari.2
Kelainan pigmentasi dapat terjadi pada kulit dan dibagi
menjadi hipomelanosis dan hipermelanosis. Hipomelanosis
yaitu terjadinya kekurangan pigmen di kulit, sehingga kulit
tampak putih atau lebih terang dari warna normal.
Hipermelanosis, yaitu adanya peningkatan jumlah melanin di
kulit. Kelainan hipermelanosis umumnya merupakan hasil dari
peningkatan produksi melanin dan terkadang akibat
peningkatan kepadatan melanosit aktif. Peningkatan yang
timbul dapat terbatas pada epidermis, misalnya ketika kulit
tampak lebih coklat dari biasanya, atau pada dermis yang akan memberikan gambaran abu-abu atau biru. Hipermelanosis
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni secara genetik
maupun didapat.1-3
Secara epidemiologi, beberapa kelainan
hipermelanosis seperti melasma dan hiperpigmentasi paska
inflamasi dapat ditemukan pada semua ras. Pada kelainan ini
lebih sering ditemui pada ras seperti Latin, Afrika-Amerika,
Afrika-Karibia dan Asia, dengan rentang usia terbanyak 30-50
tahun, namun insiden pastinya tidak diketahui.3,4
Penegakkan diagnosis hipermelanosis dilakukan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan lampu wood serta biopsi jaringan kulit. Secara
histopatologi, berbagai variasi klinis dari kelainan
hipermelanosis dihasilkan dari pigmentasi basal yang
meningkat dan atau inkontinensia melanin. Adanya perubahan
konfigurasi epidermal dapat mempengaruhi tampilan
pigmentasi pada kulit. Secara garis besar gambaran
histopatologi dapat dibedakan menjadi : kelainan
hiperpigmentasi basal, kelainan disertai perubahan epidermis,
kelainan disertai inkontinensia melanin, dan kelainan
inkontinensia melanin disertai atrofi epidermis atau sel
diskeratotik 3
Penatalaksanaan hipermelanosis dilakukan sesuai
kondisi klinis dengan medikamentosa dan non
medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa
meliputi fotoproteksi, dan kamuflase kosmetik. Terapi
medikamentosa dapat dengan pemberian secara topikal
(misalnya hidrokuinon, asam retinoat, asam azaleat, asam
glikolat, asam kojik) ataupun sistemik (misalnya sam
traneksamat, glutation, asam askorbat), atau dapat juga
dilakukan prosedur tindakan (misalnya peeling kimiawi,
maupun laser) yang disesuaikan dengan kondisi klinis
No other version available