Konten Lokal Lainnya
Peran Clascoterone Pada Tatalaksana Akne Vulgaris
Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit kulit inflamasi
kronis akibat gangguan kelenjar pilosebasea, seringkali dijumpai
pada usia remaja dan dewasa muda.1 Penyakit ini menduduki
peringkat tertinggi ke-8 di dunia, dengan jumlah penderita lebih
dari 640 juta orang.2 Akne vulgaris juga menempati urutan nomor
tiga di dunia sebagai penyakit kulit yang paling sering terjadi pada
kelompok remaja dan dewasa.
Di Indonesia, AV juga menjadi perhatian penting dalam
bidang dermatologi. Studi oleh Mohiuddin menyebutkan bahwa
prevalensi akne di Indonesia cenderung tinggi, kurang lebih
mencapai angka 87.5%.3 Penelitian Global Burden of Disease
menunjukkan prevalensi AV sebesar 85%, serta paling umum
ditemukan di rentang usia 12-25 tahun.4 Insidensi AV umumnya
dimulai pada masa pubertas atau pra pubertas pada usia 12-15
tahun, kemudian mencapai puncak keparahan pada usia 17-21
tahun, 10% lainnya ditemukan pada rentang usia 35-44 tahun.5
Pembentukan AV dipengaruhi 4 jalur patogenesis yakni
hiperkeratinisasi, peningkatan produksi sebum, kolonisasi
Propionibacterium acnes, dan inflamasi serta respon imun 2
Beberapa hormon juga berimplikasi, adanya peningkatan hormon
secara multipel menyebabkan peningkatan drastis produksi sebum,
terutama pada masa pubertas.7 Androgen merupakan salah satu
hormon yang memiliki peranan penting dalam regulasi produksi
sebum ini.8
Rejimen terapi akne dapat berupa sediaan topikal maupun
sistemik, dimana rejimen ini akan menargetkan salah satu dari jalur
patogenesis akne. Contoh terapi topikal seperti benzoil peroksida,
antibiotik, dan retinoid topikal.9 Kelemahan dari sebagian besar
terapi topikal ini yaitu menimbulkan reaksi lokal kulit, berupa
edema, eritema, pruritus, atrofi kulit, sensasi terbakar, dan
telangiektasia.6 Antibiotik sistemik adalah alternatif yang dapat
digunakan untuk pengobatan AV derajat sedang hingga berat,
tetapi permasalahan resistensi antibiotik menjadi perhatian besar
klinisi dalam memilih pengobatan. Meta-analisis yang dilakukan
oleh Alkhodaidi pada tahun 2021 menunjukkan bahwa krim
clascoterone menjadi alternatif pengobatan pada pasien AV dengan
resistensi antibiotik.10
Hingga saat ini, baru ada satu rejimen terapi topikal akne
yang menargetkan hormon androgen sebagai faktor utama produksi
sebum, yakni clascoterone. Krim clascoterone 1% atau dikenal
dengan nama dagang Winlevi® menjadi terobosan pertama pada
terapi akne beberapa tahun ini dan telah diakui oleh Food and Drug 3
Administration (FDA).11 Clascoterone dapat digunakan oleh pria
dan wanita karena tidak memiliki efek anti androgen sistemik
seperti kontrasepsi oral dan spironolakton. Clascoterone dipercaya
sebagai terapi yang menjanjikan untuk AV pada pasien usia 12
tahun keatas.
No other version available