Karya Inovasi
Obstacle Play Outdoor Activity
Berdasarkan (Kemenkes RI, 2018) dalam hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, proporsi disabilitas anak usia 5-17 tahun di provinsi Jawa Tengah mencapai prosentase sebesar 3% dengan rata-rata proporsi disabilitas anak usia 5-17 tahun di Indonesia mencapai 3,3%. Sebagai terapis okupasi, angka prosentase tersebut sangat menjadi perhatian kami. Salah satu jenis layanan yang dapat diberikan oleh terapis okupasi untuk rehabilitasi anak dengan disabilitas adalah dengan memberikan outdoor therapy.
Istilah outdoor therapy merujuk kepada berbagai program luar ruangan seperti terapi petualangan dan terapi bermain (Revell et al., 2014). Bermain adalah pekerjaan penting dalam kehidupan semua anak. Anak-anak belajar untuk mengeksplorasi lingkungan mereka melalui bermain dan mengembangkan keterampilan fisik dan kognitif. Lingkungan natural di luar ruangan merupakan komponen utama dalam memfasilitasi perubahan (Revell et al., 2014). Sebagai praktisi terapi okupasi (OT), kami sangat menaruh perhatian yang besar terhadap hal ini. Kami membantu anak-anak dalam upaya keberhasilan dalam bermain.
Beberapa tempat yang digunakan pada area bermain yang umum adalah taman bermain yang biasanya terdiri dari ayunan, jaring laba-laba, perosotan, hola hop dan banyak lagi. Melalui permainan yang terdapat dalam outdoor therapy, anak dapat melatih keterampilan bersosialisasi dan anak mampu merefleksikan diri mereka. Memiliki kesempatan untuk berefleksi dinilai sebagai aspek yang paling membantu dalam memfasilitasi perubahan melalui layanan outdoor therapy. Refleksi diri merupakan komponen penting dari proses terapeutik dalam terapi bermain di outdoor therapy (Revell et al., 2014). Sebagai seorang Okupasi Terapis kita tidak boleh melupakan hambatan yang dihadapi anak-anak penyandang disabilitas saat pergi ke taman umum atau taman bermain. Beberapa anak dengan kebutuhan khusus akan mengalami kendala dalam memainkan media permainan yang ada di tempat bermain tersebut sehingga tetap diperlukan pengawasan yang ketat kepada anak yang menggunakan fasilitas di outdoor therapy yang telah disediakan. Terapis okupasi memiliki kontribusi berharga untuk membuat partisipasi yang memungkinkan dalam terapi bermain di outdoor therapy. Terapis okupasi harus menilai bermain sebagai okupasi anak, bermain sebagai tujuan, bermain sebagai hak, dan bermain untuk partisipasi (Lynch & Moore, 2016).
No other version available