Karya Inovasi
Optimaliasasi Intervensi Oromotor: Upaya Menurunkan Lama Rawat (Ortulara) di Ruang Nicu Rsup Dr. Kariadi
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37
minggu.
Bayi prematur mengalami berbagai tantangan kesehatan yang
memerlukan perawatan intensif. Refleks isap yang belum matang menjadi salah
satu masalah yang umum terjadi. Kondisi ini dapat menghambat kemampuan
bayi prematur dalam menyusu dan mengonsumsi jumlah nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Refleks isap pada bayi prematur
disebabkan oleh syaraf yang belum matang serta adanya faktor lain seperti
infeksi neonatus, gangguan pernafasan serta kadar bilirubin yang tinggi. Refleks
isap tergantung pada koordinasi yang kompleks antara otot-otot wajah, lidah, dan
koordinasi neuromuskular. Bayi prematur juga mungkin memiliki masalah dengan
refleks menelan yang tidak matang, dapat menyulitkan bayi untuk mengisap,
menelan, dan bernapas secara bersamaan dengan efisien (Hanum et al., 2024).
Hasil penelitian pada 43 bayi prematur menunjukkan bahwa bayi prematur
memiliki masalah mengisap, yaitu 37,1% malas membuka mulut, 17,7% kesulitan
mengisap dan 29% melawan saat diberikan minum per oral (Steinberg et al.,
2021). Penelitian lain menyebutkan bahwa 120 bayi prematur di salah satu
rumah sakit di Cina menunjukan 100% mengalami masalah dalam kemampuan
mengisap. Masalah mengisap tersebut berampak terhadap peningkatan berat
badan bayi, resiko tersedak serta kualitas hidup bayi yang buruk (Fatimah &
Purwaningsih, 2022). Studi pendahuluan di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada
bulan April 2024 menunjukan 10 bayi prematur mengalami permasalahan susah
dalam mengisap, membuka mulut dan melawan saat akan diberikan minum
peroral dan dalam 3 hari 5 dari 10 bayi mengalami penurunan berat badan yang
cukup signifikan.
Intervensi untuk meningkatkan refleks isap pada bayi prematur adalah
terapi gerak mulut, stimulasi lidah, menggunakan stimultant oral feeding dan juga
oromotor terapi. Terapi oromotor adalah pendekatan terapeutik yang bertujuan
untuk merangsang dan melatih otot-otot oromotorik, termasuk otot-otot yang
terlibat dalam proses menyusu dan menelan. Melalui latihan yang terarah dan
terkontrol, terapi oromotor dapat membantu memperkuat refleks isap dan meningkatkan kemampuan bayi prematur dalam menyusu, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan dan kesehatan secara
keseluruhan (Gratia Juliawan et al., 2023).
Penelitian terkait protokol oromotor oleh Chandran & Alagestan tahun 2021
menunjukan bahwa terapi oromotor dapat meningkatkan refleks isap dan skor
laktasi pada bayi prematur, Sucking rate meningkat dari 8,66/menit menjadi
32,5/menit setelah diberikan stimulasi oromotor dan latch, audible swallowing,
type of nipple, confort and hold (LATCH Score) meningkat dari 4,66 menjadi 8,16
(Chandran & Alagestan, 2021). Penelitian lain yang mendukung juga menunjukan
adanya kenaikan berat badan yang sangat signifikan pada kelompok intervensi
oromotor dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan oromotor adanya
estimasi kenaikan berat badan 110 gram dalam 6 hari pada kelompok oromotor
sedangkan kelompok kontrol mengalami naik turun berat badan dan pada 6 hari
berat badan turun 20 gram dibandingkan dengan berat badan hari pertama (Negi
et al., 2022).
Kenaikan berat badan menjadi salah satu indikator untuk bayi diperbolehkan
pulang dari perawata rumah sakit. Bayi yang dapat segera dipulangkan tentunya
akan dapat menurunkan lama rawat dan dampak selanjutnya adalah mengurangi
beban biaya rumah sakit. Pentingnya intervensi oromotor pada bayi prematur, maka
perlu upaya yang maksimal dalam bentuk inovasi untuk melaksanakan program ini.
No other version available