Karya Inovasi
Manajemen Perubahan Doa dan Edukasi Pre Operasi ( Dodurasi ) untuk Mengurangi Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di Instalasi Rawat Inap Kelas III dan Unit Stroke Ruang Rajawali 2B
Operasi atau yang biasa dikenal masyarakat adalah pembedahan merupakan salah satu penanganan medis invasive untuk mengobati penyakit, injury, atau deformitas anggota tubuh, tindakan operasi atau pembedahan akan menciderai jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan perubahan fisiologis tubuh sehingga mempengaruhi pada organ-organ tubuh lainnya (Rismawan, 2019).
Pra-operasi merupakan suatu tahap awal yang harus dilaksanakan dari fase perioperatif. Fase ini dimulai saat seseorang yang disebut klien diputuskan oleh pihak medis harus menjalani operasi atau pembedahan dan dianjurkan melakukan persiapan pra-operasi hingga seorang klien tersebut tiba di meja pembedahan (Kozier, 2010).
Prosedur tindakan operasi merupakan suatu terapi dalam dunia medis yang kemungkinan dapat menimbulkan perasaan takut, cemas hingga stres, karena dianggap dapat mengancam integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. (Rismawan, 2019).
World Health Organization (WHO), menyatakan jumlah klien yang menjalani tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Tercatat di tahun 2011 ada 140 juta jiwa klien di semua rumah sakit di dunia, tahun 2012 mengalami peningkatan jumlah menjadi 148 juta jiwa. Tindakan operasi/pembedahan di Indonesia tahun 2012 mencapai hingga 1,2 juta jiwa. Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2017, tindakan operasi/pembedahan menempati urutan posisi ke-11 dari 50 pertama dalam penanganan penyakit yang ada di rumah sakit seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 32% diantaranya yaitu merupakan tindakan pembedahan laparatomi (Hartoyo, 2015) dalam penelitian (Rismawan, 2019). Kecemasan merupakan suatu hal yang biasanya terjadi pada klien yang menjalani prosedur tindakan pembedahan.
Kecemasan yang terjadi pada klien tersebut pada tahap pra- operasi dapat dirasakan sejak mulai diputuskan, kemudian dijadwalkan hingga waktu prosedur tindakan operasi akan dilakukan (Poororajal, Ashtarani, and Alimohammadi, 2017) dalam penelitian (Pefbrianti, 2018). Gangguan kecemasan atau yang dikenal dengan ansietas merupakan suatu kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. National Comordibity Study melaporkan bahwa 1 dari 4 orang pasien memenuhi kriteria yaitu mengalami cemas dan angka prevalensi selama 12 bulan sebesar 17,7%. Indonesia sendiri telah dilakukan survey untuk mengetahui prevalensi kejadian gangguan mental emosional seseorang di Indonesia seperti tingkat kecemasan dan depresi sebesar 11,6% pada usia >15 tahun (Furwanti dkk, 2014) dalam penelitian (Rismawan, 2019).
Penanganan kecemasan, yang bersifat non farmakologi dapat dipercaya berperan dalam mengatasi rasa cemas seperti teknik napas dalam, terapi musik klasik, massage, terapi wewangian (aromaterapi) dan pemberian doa. Pemberian doa dapat menurunkan hormon–hormon yang berhubungan dengan cemas sehingga pasien pre operatif dapat mengurangi rasa cemas dan memperoleh kondisi fisik yang baik menjelang dilakukan pembedahan.
Pasien mengalami penundaan operasi dikarenakan mengalami kecemasan berat yang terjadi pada bulan September di ruang Rajawali 2B menjadi awal ketertarikan tim inovasi ruang Rajawali 2B untuk melakukan survei awal tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang Rajawali 2B. Berdasar hasil survei selama 3 bulan ( September – November 2022 ) didapatkan peningkatan angka kejadian pasien Pre Operasi yang mengalami kecemasan.
Pasien Pre Operasi yang mengalami kecemasan pada bulan September sebanyak 46,88%, dengan kecemasan ringan 18,75%, kecemasan sedang 18,75%, dan kecemasan berat sebanyak 9,28 %. Pasien Pre Operasi yang mengalami kecemasan pada bulan Oktober sebanyak 59,09%, dengan kecemasan ringan 18,18%, kecemasan sedang 31,82%, dan kecemasan berat sebanyak 9,09 %. Pasien Pre Operasi yang mengalami kecemasan pada bulan November sebanyak 75,00%, dengan kecemasan ringan 20,83%, kecemasan sedang 33.33%, dan kecemasan berat sebanyak 20,83 %. Kecemasan pasien tersebut terjadi baik yang pertama kali dilakukan operasi ataupun yang sudah kedua kalinya.
No other version available