Laporan Kegiatan
Seminar Nasional Move On dari Nyeri Tahun 2025
Nyeri adalah salah satu gangguan kesehatan yang paling sering diadukan dalam pelayanan kesehatan. Nyeri sebagai suatu pengalaman subjektif, lebih dari itu, nyeri meliputi aspek emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan nyata atau yang mungkin ada. International Association for the Study of Pain menganggap pain sebagai 'pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan nyata atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut' (IASP, 2020). Definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satu penjelasan yang paling tepat menggambarkan keutuhan sakit yang diterima oleh seseorang, karena ada kondisi kondisi yang bersifat non fisik itu memengaruhi tanggapan seseorang pada nyeri.
Dari perspektif klinis, rasa sakit dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu rasa sakit akut dan kronis. Rasa sakit akut biasanya bersifat perlindungan, muncul tiba-tiba sebagai respons terhadap cedera, peradangan, atau prosedur medis, dan biasanya mereda dengan penyembuhan. Di sisi lain, rasa sakit kronis didefinisikan sebagai rasa sakit yang berlangsung lebih dari tiga hingga enam bulan, dan dapat bertahan meskipun faktor penyebab awal telah diobati. Rasa sakit kronis tidak hanya mempengaruhi aspek fisik, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan mental, yang mengarah pada gangguan tidur, kecemasan, depresi, dan penurunan kualitas hidup (Treede et al., 2019)
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (2023), lebih dari 20% populasi dewasa dunia menderita nyeri kronis, dan dari jumlah itu 10% mengalami nyeri kronis parah yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Jelas bahwa nyeri atau konsekuensinya menjadi masalah yang lebih besar untuk kesehatan publik global yang membutuhkan perhatian yang sangat dekat. Kurangnya perawatan nyeri yang tepat mengakibatkan peningkatan kunjungan ke fasilitas kesehatan, penggunaan pengobatan jangka panjang, dan beban ekonomi yang meningkat pada individu dan sistem kesehatan
Dalam hal ini, sangat penting bagi bidang keperawatan dan medis untuk memahami patofisiologi nyeri, klasifikasinya, dan pendekatan multidisiplin untuk manajemen nyeri. Selain pengobatan farmakologis, metode non-farmakologis seperti terapi perilaku kognitif, teknik relaksasi, dan intervensi fisioterapi juga telah dikembangkan dan semakin diintegrasikan ke dalam strategi pengurangan nyeri holistik.
Di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang, telah dilakukan inovasi terkait masalah nyeri dengan membentuk TIM Penaganan Nyeri dan Klinik Nyeri, yang dituangkandalam Surat Keputusan Direktur Utama RSUP dr. Kariadi Nomor: HK.02.03/D.X/1480/2025 tentang Tim Pengembangan Pelayanan Nyeri Terpadu, yang disesuaikan dengan Buku Panduan Nyeri yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Utama RSUP dr. Kariadi Nomor: HK.02.03/I.I/1673/2022. Berdasarkan latar belakang tersebut, kami mengangkat tema 'Move On dari Nyeri'
No other version available