Karya Inovasi
Penggunaan Tarif INA-CBG Dalam Negosiasi Harga Pelayanan Implant 2025
Penggunaan klaim INA-CBG sebagai acuan dalam negosiasi pengadaan alat
kesehatan (alkes) implant merupakan strategi penting untuk memastikan efisiensi
anggaran dan kesesuaian biaya dengan standar pembiayaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Dalam sistem INA-CBG, setiap tindakan medis, termasuk pemasangan
implant, memiliki tarif klaim yang sudah ditetapkan berdasarkan kelompok diagnosis dan
prosedur. Tarif ini mencakup seluruh komponen biaya pelayanan, mulai dari jasa medis,
obat-obatan, hingga alkes.
Dari hasil studi banding di RSO Surakarta, didapatkan informasi penggunaan alkes
implant berkisar 30–35% dari total klaim INA-CBG. Artinya, jika nilai klaim INA-CBG untuk
suatu prosedur adalah Rp100 juta, maka biaya alkes implant yang dapat dibelanjakan
tidak boleh melebihi Rp30–35 juta. Batasan ini bertujuan menjaga proporsi pembiayaan
yang adil, menghindari pembengkakan biaya alkes, dan memastikan dana JKN dapat
digunakan secara optimal untuk seluruh komponen layanan.
Apabila harga alkes implant yang diajukan vendor atau penyedia melebihi batas
persentase tersebut, maka akan diberlakukan kuota. Mekanisme kuota ini membatasi
jumlah tindakan atau pasien yang dapat menggunakan alkes dengan harga tinggi,
sehingga tidak membebani total anggaran dan klaim rumah sakit. Selain itu, kebijakan ini
mendorong pihak rumah sakit dan penyedia untuk mencari alternatif alkes dengan harga
yang lebih kompetitif namun tetap memenuhi standar mutu dan keamanan.
Pendekatan ini memberikan manfaat ganda: dari sisi finansial, rumah sakit dapat
mengendalikan pengeluaran sesuai kemampuan klaim INA-CBG; dari sisi manajemen,
terjadi transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan. Dengan inovasi ini,
diharapkan pengadaan alkes implant menjadi lebih rasional, terukur, dan berorientasi
pada keberlanjutan sistem pembiayaan JKN. Integrasi data klaim INA-CBG ke dalam
proses negosiasi memberikan nilai tambah signifikan, karena selain memudahkan
perencanaan, juga menjadi alat kontrol yang objektif bagi pengadaan alkes di rumah
sakit.
No other version available