Laporan Penelitian
Peluang Penerapan Modifikasi Tekstur Diet Disfagia Berdasarkan Iddsi (International Dysphagia Diet Standardisation Innitiative) di Rsup Dr Kariadi Semarang
Disfagia banyak terjadi pada berbagai siklus kehidupan mulai dari anak- anak hingga lanjut usia, dengan prevalensi kejadian di komunitas berkisar 2-20 %. (Adkins et al., 2020). Disfagia seringkali bersifat kompleks dan multifaktorial.(Dahlström et al., n.d.) Disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi, malnutrisi,dehidrasi,penurunan derajat kesehatan dan kualitas hidup, bahkan kematian.(Dahlström et al., n.d.) Sebanyak 50,6% pasien disfagia mengalami malnutrisi(Tran et al., 2020)Sehingga untuk mencukupi kebutuhan gizi pada kondisi ini membutuhkan penanganan khusus berupa Texture- Modified Diets (TMDs) dan/atau Thickened Fluids (TFs).(Xiaojing S. Wu et al., 2022) TMD dan TF dikelompokkan berdasarkan beberapa variabel diantaranya konsistensi, kekentalan/viskositas, ukuran partikel, densitas, dan fluid flow rate .
TMD dibuat dengan modifikasi secara teknis atau kimiawi, sehingga menghasilkan makanan yang lembut, lembab, elastis, dan halus sehingga mudah ditelan.(Xiaojing S. Wu et al., 2022). Namun terdapat perbedaan nama/istilah dan jumlah tingkatan/level dalam modifikasi dan karakteristiknya di masing – masing institusi penyelenggaraaan makanan. Banyaknya variasi nama yang tidak terstandar di dalam dan antar rumah sakit, antar fasilitas kesehatan di wilayah, atau negara lain dapat berdampak negatif terhadap kerjasama tim dan komunikasi mutidisplin yang optimal dalam manajemen disfagia dan dapat meningkatkan risiko keselamatan pasien.(Dahlström et al., n.d.)
Pentingnya terminologi dan pemahaman yang tepat dan sama terkait deskripsi yang dimaksud dalam Texture- Modified Diets (TMDs) telah mendorong terciptanya International Dysphagia Diet Standardisation Initiative (IDDSI). IDDSI memuat istilah, penjelasan dan kriteria pengukuran yang terstandar dalam modifikasi tekstur makanan dan/atau minuman. IDDSI telah digunakan secara luas dan diterjemahkan ke dalam 19 bahasa.(Dahlström et al., n.d.)IDDSI telah diadopsi dan diimplementasikan di 50 negara di seluruh dunia, beberapa negara di Asia, seperti Malaysia dan Taiwan juga sudah beralih ke diet modifikasi tekstur menurut IDDSI.(Lam et al., 2017) 7
Penggunaan IDDSI sudah melalui riset, dan diketahui manfaatnya bagi orang dengan disfagia. Selain itu IDDSI framework juga mendukung Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN) tahun 2021 tentang pedoman gizi rumah sakit, yang merekomendasikan diet pasien harus tercatat dalam rekam medis sehingga daftar diet yang tersedia dan indikasi masing – masing diet harus spesifik dan dibuat protokolnya.(Thibault et al., 2021)
Implementasi IDDSI framework membutuhkan 3 tahapan, tahap pertama adalah kesadaran/ mengerti akan adanya IDDSI, termasuk seluruh dietisien, klinisi, tenaga kesehatan lain dan staf yang terlibat. Yang dilanjutkan dengan tahap persiapan dan adopsi IDDSI. Selain itu audit menu juga termasuk salah satu tahapan paling penting implementasi IDDSI. Indonesia belum termasuk negara yang mengimplementasikan IDDSI, sehingga belum ada data terkait pengetahuan, nilai, persepsi tenaga kesehatan dan staf terkait hambatan dan pendorong implementasi IDDSI. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai peluang penerapan modifikasi tekstur makanan disfagia berdasarkan pedoman International Dysphagia Diet Standardisation Initiative (IDDSI) pada menu makanan pasien di Instalasi Gizi RSUP Dr Kariadi Semarang.
No other version available